Pernah berkunjung ke Brawijaya Museum di Kota Malang? Wisata sejarah terkadang bisa menjadi pilihan terbaik bagi kita yang ingin rekreasi sambil menambah wawasan. Anda bisa berwisata ke Brawijaya Museum di Kota Malang. Belajar sejarah sebagai kegiatan rekreasi bersama keluarga ataupun teman membawa kesan tersendiri.
Museum ini merupakan museum militer yang dikelola oleh Kodam V/ Brawijaya. Banyak sekali senjata serta peninggalan sejarah perjuangan Indonesia sejak tahun 1945 – 1976 yang disimpan disini. Museum ini sangat menarik untuk dikunjungi. Jika Anda penasaran, simak penjelasan berikut ini.
Sejarah Awal Berdirinya Museum Brawijaya
Pada tahun 1962, Brigjen TNI (Purn) Soerachman yang saat itu menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya, mencetuskan gagasan untuk mendirikan sebuah museum. Akhirnya, gagasan ini terwujud dengan dukungan dari Pemerintah Kota Malang serta dukungan biaya dari Martha, pemilik hotel di Pandaan.
Museum ini kemudian dirancang oleh Kapten Czi Ir.Soemadi dan mulai dibangun pada tahun 1967. Setelah satu tahun proses pembangunan museum, akhirnya pada tanggal 4 Mei 1968 Museum Brawijaya diresmikan oleh Purnawirawan Dr. Soewondo.
Museum Brawijaya ini diresmikan dengan sesanti atau wejangan “Citra Uthapana Cakra” dari bahasa sansekerta yang berarti sinar yang membangkitkan kekuatan.
Jejak Sejarah di Brawijaya Museum
Tak lupa dengan lokasi bersejarah yang sejalan dengan sensasi yang diberikan, Museum Brawijaya ini bukan hanya berperan sebagai tempat rekreasi saja, melainkan juga sebagai pembinaan mental masyarakat akan nilai juang. Tak heran pula banyak siswa sekolah yang belajar dalam kunjungannya bersama sekolah ke museum ini.
Brawijaya Museum terbagi ke dalam beberapa ruangan koleksi. Mulai dari senjata, seragam pasukan tentara Indonesia, hingga peta rute gerilya para pahlawan dapat Anda lihat di Museum Brawijaya. Selain itu, terdapat pula perpustakaan dimana banyak buku serta dokumen sejarah tersimpan di dalamnya.
Bahkan, bukan hanya kesan sejarah saja yang bisa Anda dapat. Bagi Anda yang tertarik dengan hal mistis dalam sejarah, terdapat salah satu koleksi paling ikonik di Museum Brawijaya, yaitu “Gerbong Maut”. Tampak menarik, bukan? Berikut ini sedikit bocoran isi Brawijaya Museum yang kental akan sejarah.
Taman Senjata “Agne Yastra Loka”
Sebelum Anda memasuki gedung Museum Brawijaya, Anda akan menemui Taman Senjata yang dinamakan “Agne Yastra Loka” yang berarti taman atau tempat senjata dari api Revolusi 1945.
Di taman ini, terdapat empat senjata yang memiliki sejarah dalam perjuangan rakyat Indonesia terutama di daerah Malang, Surabaya, dan Bondowoso. Terdapat masing-masing dua tank dan meriam yang merupakan hasil rampasan dari pasukan BKR maupun TKR dari penjajah.
Selain itu juga, di depan gedung museum, Anda dapat melihat patung Panglima Besar Jend. Sudirman lengkap dengan data dirinya. Patung ini sendiri dibuat dan diletakkan di bagian depan sebagai bentuk penghormatan serta mengenang perjuangan dan jasa-jasa Jend. Sudirman dalam menumpas penjajah.
Relief Majapahit dan Pasukan Brawijaya
Gedung museum ini sendiri memiliki dua ruang koleksi, yaitu Ruang Koleksi I dan Ruang Koleksi II. Tetapi, sebelum memasuki kedua ruang koleksi ini, Anda dapat melihat sejenak relief di sebelah utara dan selatan ruang lobi.
Kedua relief ini sendiri menggambarkan bagaimana kekuasaan kerajaan Majapahit yang berhasil menyatukan Nusantara hingga seperti saat ini. Sedangkan, relief di sebelah utara menunjukkan bagaimana perjuangan dari pasukan Brawijaya sebagai TNI dalam tugasnya menegakkan dan menjaga kemerdekaan.
Jejak Perjuangan Tahun 1945 – 1949
Setelah melihat dua relief perjuangan pasukan Brawijaya dan kekuasaan kerajaan Majapahit, maka selanjutnya Anda harus memasuki Ruang Koleksi I terlebih dahulu.
Mengapa harus Ruang Koleksi I terlebih dahulu? Ruang Koleksi I ini berisi sejarah perjuangan Indonesia khususnya di Kota Malang dan sekitarnya dalam melawan penjajah dari tahun 1945 – 1949. Awal mula bangsa Indonesia berusaha menegakkan dan mempertahankan kemerdekaannya.
Ruangan ini berisikan berbagai peninggalan sejarah seperti kumpulan senjata rampasan tentara PETA pada Perang Kemerdekaan I, peralatan perang milik Kapten Soemitro, burung merpati pos, termos dari tempurung kelapa, hingga peta rute gerilya.
Dalam ruangan ini Anda juga dapat melihat sejarah pertempuran di Surabaya dan Malang yang tertuang dalam bentuk lukisan. Banyak sekali kisah perjuangan para pejuang yang dapat Anda saksikan dalam lukisan-lukisan di dalam Ruang Koleksi I.
Jejak Perjuangan Tahun 1950 – 1976
Beranjak dari Ruang Koleksi I, Anda dapat melanjutkan perjalanan sejarah perjuangan Indonesia ke Ruang Koleksi II. Sama seperti Ruang Koleksi I, ruangan ini juga berisi sejarah perjuangan Indonesia. Bedanya hanya pada waktu atau tahun dari perjuangan bangsa Indonesia.
Dalam Ruang Koleksi II ini, lebih mengisahkan bagaimana Indonesia pada tahun 1950 – 1976, masih berjuang untuk memerdekakan seluruh daerah di Indonesia sebagai NKRI.
Salah satunya, yaitu perjuangan Indonesia dalam menarik atau merebut Papua untuk menjadi satu dalam NKRI. Sejarah perjuangan Indonesia diceritakan dalam berbagai peninggalan seperti peralatan perang serta koleksi lainnya yang berkaitan dengan perebutan Irian kembali.
Selain perjuangan perebutan Irian, di ruangan ini juga dapat terlihat berbagai peralatan seperti komputer pertama, topografi yang digunakan oleh Angkatan Darat, serta peralatan lainnya yang digunakan oleh TNI. Banyak sekali peninggalan sejarah yang bisa Anda lihat untuk mengetahui bagaimana Indonesia di masa itu.
Gerbong Maut
Setelah Anda mengunjungi semua ruangan koleksi di Museum Brawijaya ini, terakhir Anda harus mengunjungi halaman tengah dari museum ini.
Halaman tengah museum ini merupakan penutup perjalanan Anda dalam menelisik sejarah kemerdekaan Indonesia. Di halaman tengah ini, Anda dapat menemukan dua koleksi lainnya, yaitu Perahu Segigir dan koleksi ikonik Museum Brawijaya, Gerbong Maut.
Gerbong Maut merupakan pengangkut barang ini oleh tentara Belanda digunakan sebagai pengangkut sekitar 100 tahanan pejuang Indonesia dari Bondowoso menuju Surabaya. Akibatnya, terdapat 46 tahanan pejuang yang meninggal dunia akibat tidak adanya pasokan udara dalam ruang sempit penuh sesak itu.
Sejarah inilah yang membuat Gerbong Maut dianggap angker, owner sewa hiace jakarta menuju ke malang bahkan banyak pengalaman seram dari para pengunjung. Keangkeran ini menjadi daya tarik bagi mereka yang penasaran dengan kisah mistis gerbong ini. Apakah Anda salah satu yang penasaran dengan Gerbong Maut ini?
Tiket Masuk Brawijaya Museum
Jika Anda ingin berkunjung, museum ini beralamat di Jalan Ijen, No. 25A, Gading Kasri, Klojen, Malang, Jawa Timur. Cukup dengan membayar Rp5.000 untuk dewasa dan Rp3.000 untuk anak-anak, Anda sudah bisa menikmati rekreasi sejarah yang seru.
Anda bisa mengunjungi museum ini setiap hari dari hari Senin – Minggu. Untuk hari Senin – Kamis, buka pukul 08.00 – 14.30 WIB, sedangkan di hari Jumat museum buka pukul 08.00 – 11.30 WIB. Jika Anda ingin berkunjung di akhir pekan (Sabtu – Minggu), Brawijaya Museum buka pukul 08.00 – 13.00 WIB.
Bagi Anda yang ingin menikmati rekreasi sejarah di Brawijaya Museum, Anda bisa menghubungi Altha Rent yang siap mengantar Anda berwisata keliling Kota Malang.
Berbagai jenis mobil yang nyaman serta supir profesional siap mengantar Anda kemanapun Anda pergi. Cukup hubungi https://altha-rent.com untuk informasi dan pemesanan lebih lanjut. Rekreasi nyaman bersama Atlha Rent.