Alun-alun Tugu Malang

Alun-alun Tugu Malang, Saksi Bisu Sejarah Kota Malang

Alun-alun Bunder atau Alun-alun Tugu Malang merupakan salah satu ikon Kota Malang. Bagi Arek Malang, Alun-alun Tugu merupakan pilihan destinasi untuk Anda bersantai bersama keluarga atau teman. Pemandangannya di pagi dan malam hari yang berbeda, membawa suasana yang berbeda pula.

Tetapi, dibalik keindahan Alun-alun Bunder tersimpan sejarah berdirinya Kota Malang dan tanda berdirinya Republik Indonesia di dalamnya. Bagaimana kisah dibalik keindahan Alun-alun Tugu? Simak ulasan berikut ini.

Sejarah Dibalik Alun-alun Tugu Malang

Bila Anda berjalan mengelilingi tamn Alun-alun Tugu, mungkin yang Anda lihat hanya keindahan taman serta kolam berisi bunga teratai yang mengelilingi tugu. Tetapi, saat monumen tugu ini pertama kali dibangun, hanya taman kosong sederhana tanpa pagar dan tugu.

Alun-alun ini pertama kali dibangun oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek dibawah pemerintahan Hindia Belanda, pada tahun 1920. Awalnya, alun-alun ini dibangun setara Kampoeng Heritage Kajoetangan sebagai pelengkap halaman dari Gedung Gubernur Hindia Belanda.

Mulanya, taman ini dinamakan JP Coen Plein yang berasal dari nama salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Indonesia, Jan Pieterszoon Coen. Nama ini diberikan sebagai penghormatan baginya yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia.

Setelah umur kemerdekaan Indonesia berusia satu tahun, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1946, muncul ide untuk membangun tugu di tengah-tengah taman tersebut. Gagasan ini juga muncul sebagai hasil dari desakan masyarakat Malang untuk mengganti seluruh pimpinan pemerintahan menjadi orang Indonesia.

Akhirnya, gagasan tersebut dilaksanakan dengan peletakkan batu pertama Monumen Tugu oleh Gubernur Doel Arnowo. Monument ini kemudian ditandatangani oleh Ir. Soekarno sebagai wakil dari masyarakat Kota Malang dan A. G. Suroto yang saat itu menjabat sebagai kepala komite pembangunan Monumen.

Sayangnya, setelah proses pembangunan berjalan hingga 95 persen, Belanda kemudian merusak Tugu Malang dalam Agresi Militer I setahun setelah proses pembangunan dimulai. Perusakan ini dilakukan sebagai ungkapan kemarahan Belanda atas semangat dari para Arek Malang.

Akhirnya, pada tahun 1950, masyarakat Kota Malang kemudian kembali mendesak pemerintah setempat untuk membangun kembali monumen yang hancur.

Setelah desakan dari masyarakat Kota Malang, pemerintah akhirnya membangun kembali Monumen Tugu pada tahun 1952 dan kemudian diresmikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1953.

Sejarah Alun-alun Tugu Malang

Filosofi Alun-alun Tugu Malang

Monumen Tugu Malang ini dibangun dengan filosofi bangsa Indonesia sendiri. Banyak detail pada tugu yang menggambarkan Indonesia. Salah satunya yaitu makna tanggal kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945. Makna ini digambarkan dalam gambar bintang dengan pondasi 17 dan tangga 8 tingkat yang sudutnya membentuk 4 dan 5 sudut.

Filosofi monumen ini juga terlihat dari bentuk Padma pada pondasi dasar tugu. Bentuk ini melambangkan kesucian dari Indonesia dan Pancasila yang berada diatasnya.

Pada bagian pucuk Monumen Tugu Malang, terdapat bambu runcing yang merupakan senjata bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Sebagaimana fungsinya, makna dari bambu runcing ini sebagai simbol perjuangan Indonesia melawan penjajah dengan semangat nasionalisme yang tinggi.

Begitulah bagaimana monumen ini dirancang sedemikian rupa untuk menggambarkan seluruh perjuangan bangsa Indonesia demi memproklamasikan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Alun-alun Tugu Malang Kini

Pemerintah Kota Malang telah merombak dan memperbaiki terus wilayah Monumen Tugu Malang agar dapat dinikmati semua kalangan sambil mengingat sejarah.

Bagi Anda yang sudah berkeluarga atau ingin pergi bersantai bersama teman, Alun-alun Tugu Malang bisa menjadi salah satu pilihan. Bahkan, kini Monumen Tugu Malang sudah menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan.

Monumen Tugu Malang sudah semakin indah dengan air mancur, taman bunga, dan lampu hias di sekelilingnya. Hal inilah yang membuat perbedaan suasana saat pagi atau siang hari dan malam hari.

Saat Anda menikmati Monumen Tugu Malang di pagi atau siang hari, maka akan terlihat pemandangan air mancur dan mereka yang sedang berolahraga di pagi hari. Udara yang segar dan langit yang cerah akan menjadi perpaduan yang apik untuk berjalan mengelilingi Monumen Tugu Malang.

Sedangkan, suasana berbeda terasa pada malam hari. Saat malam tiba, maka lampu hias di sekeliling tugu serta di air mancur akan memancarkan pesonanya. Perpaduan antara lampu hias di taman dan sekeliling tugu serta air mancur warna-warni memang bisa membawa kesan romantis.

Monumen Tugu Malang juga kini dilengkapi dengan pagar yang mengelilingi kolam teratai. Hal ini dilakukan dalam upaya mencegah adanya oknum-oknum yang dapat merusak bukti sejarah Kota Malang.

Fakta Menarik Monumen Tugu Malang

Setelah mengetahui bagaimana sejarah dibangunnya Alun-alun Bunder atau Monumen Tugu Malang, sekarang saatnya mengetahui tiga fakta menarik dibalik Monumen Tugu Malang. Simak penjelasan dari fakta menarik Alun-alun Tugu.

Tugu Pertama di Indonesia

Ternyata, pembangunan Monumen Tugu Malang ini merupakan monumen tugu yang pertama di Indonesia, lho. Peletakkan batu pertama monumen tugu yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1946 ini sebagai tanda bahwa Indonesia sudah lahir sebagai bangsa dan negara pada tahun 1945.

Oleh sebab itu, filosofi akan kemerdekaan Indonesia sangat kental dalam Monumen Tugu Malang. Mulai dari bagaimana bangsa Indonesia berjuang melawan penjajah hingga akhirnya memproklamasikan kemerdekaan, semua tertuang dalam monumen tugu ini.

Pemilihan Kota Malang

Bukan tanpa alasan monumen pertama yang menjadi simbol lahirnya bangsa Indonesia ini dibangun di Kota Malang. Meskipun Indonesia sudah mengproklamirkan kemerdekaannya, masih ada sekutu dan Belanda yang berusaha menguasai Indonesia. 

Semua kota besar di Indonesia berhasil diduduki sekutu dan Belanda. Akhirnya, hanya tersisa beberapa kota di daerah pedalaman, yaitu Yogyakarta, Madiun, Kediri, Surakarta, dan terakhir Malang. Dari kelima kota ini, hanya Kota Malang yang dirasa tempat paling tepat.

Pasalnya, kota lain seperti Yogyakarta dan Surakarta merupakan wilayah kesultanan, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pembangunan disana.

Alhasil, Malang menjadi pilihan yang paling tepat karena aspek infrastruktur dan perkembangan fasilitas-fasilitas kota yang paling netral.

Punya 5 Sudut Pandang

Alun-alun Tugu Malang sebetulnya memiliki lima sudut pandang dari lima arah jalan. Salah satunya, yaitu mengarah ke Gedung Balai Kota yang merupakan arah utama. Sedangkan empat arah lain mengarah ke keempat jalan lain menuju monumen tugu.

Lokasi dan Rute Alun-alun Tugu Malang

Bila Anda ingin berkunjung ke destinasi sejarah Kota Malang ini, ada beberapa pilihan cara yang bisa Anda pilih. Alun-alun Tugu Malang yang beralamat di Jalan Tugu, Kidul Dalem, Klojen, Malang, Jawa Timur ini dapat Anda akses dengan hanya berjalan kaki selama 3 menit dari Stasiun Malang Kota Baru.

Altha Rent siap mengantar Anda berkeliling setiap destinasi di Kota Malang. Jika Anda ingin berkunjung ke Alun-alun Tugu Malang tanpa lelah menyetir, maka Altha Rent solusinya.

Tersedia banyak jenis mobil yang bisa Anda sewa sesuai kebutuhan dengan supir profesional tanpa biaya tambahan. Anda juga bisa memilih paket dengan full BBM, sehingga tidak perlu kerepotan lagi. Kunjungi http://altha-rent.com untuk informasi dan pemesanan lebih lanjut.

Scroll to Top